Lebih Baik Cbr Atau Vbr

Lebih Baik Cbr Atau Vbr

CBR (Constant Bite Rate)

Dasar dalam pengembangkan video codec Constant Bite Rate (CBR) adalah kesederhanaan dalam disain sistem. CBR menunjukkan kompleksitas yang rendah karena tidak menggunakan statistical multiplexing.

Dan juga, CBR menunjukkan latency atau periode yang rendah untuk setiap frame video, sekitar 100 ms. Disain CBR mengijinkan sinkronisasi ulang frame video saat terjadi errors pada waktu pengiriman paket.

CBR baik digunakan untuk streaming server yang tidak ingin terganggu oleh Progressive Download (http). Pada streaming server diperlukan control bandwidth yang cukup kuat untuk digunakan pada waktu tertentu dan CBR mampu melakukan hal itu.

Dengan CBR, encoder memutuskan apakah paket data harus didrop atau tidak untuk menjaga bit rate agar tetap konstan.

Kelebihan dan Kekurangan VBR

Untuk memahami perbedaan VBR dan CBR sebelumnya, mungkin perlu untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu VBR. VBR adalah singkatan dari Variable Bit Rate, yang menunjukkan kemampuan suatu aplikasi atau software untuk mengubah besarnya bitrate dalam sebuah file audio atau video sesuai dengan kebutuhan.

Seperti namanya, VBR mengalokasikan bitrate secara variabel, yang berarti bahwa dalam beberapa bagian dari audio atau video, bitrate mungkin lebih tinggi daripada bagian lainnya. Ini sebenarnya adalah keuntungan utama VBR. Dalam beberapa aplikasi, VBR dapat menghasilkan kualitas yang lebih baik dengan bitrate yang lebih rendah dibandingkan CBR.

Namun, seperti halnya teknologi baru, VBR juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menggunakannya. Beberapa kekurangan tersebut, antara lain:

Pertama, VBR memerlukan proses encoding yang lebih kompleks dibandingkan CBR. Artinya, jika pada saat encoding terjadi kesalahan, maka hal tersebut akan mempengaruhi kualitas keseluruhan file.

Kedua, VBR juga dapat mempengaruhi konsistensi bitrate. Jika bitrate yang terlalu rendah digunakan pada bagian yang kompleks atau bising dalam sebuah audio atau video, maka akan menyebabkan kompresi lebih besar dan kualitas yang lebih buruk pada bagian tersebut.

Ketiga, alur kerja VBR kurang dapat diandalkan dalam produksi audio dan video berukuran besar. Jika ini menjadi masalah, maka CBR mungkin menjadi pilihan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, pada akhirnya, keputusan tentang apakah untuk menggunakan VBR atau CBR akan tergantung pada kebutuhan dan preferensi Anda. Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan pilihan.

Bitrate yang Dibutuhkan untuk CBR dan VBR

Bitrate yang dibutuhkan untuk video CBR bergantung pada resolusi video serta frame rate dan jumlah audio track yang digunakan. Bitrate untuk VBR lebih fleksibel dan tergantung pada kompleksitas video yang dihasilkan.

Kesimpulannya, pemilihan antara CBR atau VBR adalah tergantung pada tujuan video yang Anda buat. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode harus dipertimbangkan dengan hati-hati sebelum Anda memutuskan untuk menggunakan metode tertentu. Setelah itu, bitrate harus disesuaikan dengan resolusi video, frame rate, dan jumlah audio untuk tetap menghasilkan kualitas video yang baik.

Perbedaan antara CBR dan VBR

Perbedaan utama antara CBR dan VBR adalah bagaimana bit rate dialokasikan selama durasi media. Dalam CBR, setiap frame akan menggunakan bit rate yang sama meskipun frame itu sederhana atau kompleks, sementara dalam VBR, bit rate akan dialokasikan berdasarkan kompleksitas dari setiap frame. Tabel berikut memperlihatkan perbedaan lain antara CBR dan VBR:

VBR (Variable Bite Rate)

Variable Bite Rate (VBR) adalah metode encoded video yang menjamin kualitas video dengan menempatkan intelligent bit selama proses encoding. Encoder mengalokasikan informasi yang sesuai untuk setiap detiknya, bergantung pada kompleksitas file video.

Dibandingkan dengan CBR, VBR video menyediakan kualitas yang lebih baik dengan penggunaan ratarata bandwidth yang sama. Penggunaan VBR akan menghasilkan penggunaan bandwidth yang efisien, tetapi perbedaan bit rate paket video menyebabkan permasalahan dalam menghitung bandwidth efektif dari video streams.

Format CBR seperti ini bisa digunakan untuk mempertahankan kualitas gambar ketika proses kompresing dilakukan. File gambar tidak akan di kompres atau diperkecil bila tidak mencapai titik batas 6MB/s tetapi tidak melewati batas 9MB/s.

Dengan sistem CBR maka, kualitas gambar terjaga dan lebih tajam, tetapi menghasilkan ukuran file lebih besar.

.::VBR::.Variabel BitRate (VBR) memiliki 3 batasan yaitu atas, rata rata dan bawah. File akan dipertahankan agar sebuah file untuk DVD berada pada 3 batas yang ditentukan. Bahkan bisa mengambil angka minimum bila sebuah film DVD dibuat agar memperkecil ukuran.

Selama proses perubahan sebuah file video ke format DVD, maka BitRate Variable akan bergerak dinamis dan mengikuti 3 batasan yang sudah ditentukan sebelumnya. Apakah anda akan membuat kualitas gambar sebuah film DVD dengan tingkat resolusi tinggi atau rendah.

Disinilah fungsi Varible BitRate yang memudahkan untuk mengatur secara dinamis seberapa besar ukuran sebuah frame dari film DVD. Dan gambar akan terlihat memiliki kualitas dinamis.

Walaupun sistem VBR akan menurunkan naikan kualitas gambar, sisi negatifnya akan terlihat kurang tajam pada objek bergerak ketika ditayangkan.

Kalau saya pribadi lebih prefer menggunakan setingan VBR. mengingat biasanya dampak dari setingan ini mempengahruhi hasil dari rekaman dan size yang dihasilkan serta keadaan dimana space (HDD) yang ada menurut perhitungan dibawah rata-rata dari reqiurtment jumlah kamera.

sumber: http://kuliahttx.forumid.net/t191-tentang-vbr-dan-cbr

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Para ulama sejak dini telah mengenal istilah thariqatul jam'i, yaitu metode untuk menggabung dan mencari titik-titik kesesuaian antara dalil-dalil yang sekilas terasa bertentangan.

Fenomena dalil-dalil yang sekilas terasa bertentangan bukan hal yang asing lagi. Jangankah antara Al-Quran dengan Hadits, bahkan antara sesama ayat Al-Quran sendiri pun kalau dipahami dengan zahirnya saja, begitu banyak ketidak-sesuaiannya.

Mencari titik-titik persamaan dari dua dalil yang sekilas bertentangan bisa dengan berbagai cara, misalnya lewat nasikh mansukh, atau lewat dalil 'aam dan khaash, atau lewat cara-cara lainnya. Pembahasan masalah ini akan lebih tuntas manakala kita mendalami ilmu ushul fiqih. Dan alhamdulillah, para ulama syariah selalu dibekali dengan ilmu yang satu ini, sehingga tidak mungkin muncul kerancuan dalam menarik kesimpulan hukum dalam syariat.

Mestinya para ulama hadits (muhadditsin) juga dibekali dengan ilmu ushul fiqih juga, sebab kalau sekedar meneliti keshahihan suatu hadits, tanpa dibekali dengan metodologi istimbath hukum yang mantap, hasilnya masih sangat mentah. Peran para muhaddits yang tidak menguasai ilmu ushul fiqih jadi sangat terbatas, yaitu mengeluarkan hasil penelitian derajat keshahihan suatu sanad saja. Tetapi tidak bisa sampai kepada kesimpulan akhir dalam masalah hukum seperti wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.

Sedemikian pentingnya ilmu ushul fiqih ini, sehingga orang awam yang mencoba menelusuri sendiri dalil-dalil Quran dan sunnah dipastikan akan mengalami kebingungan sendiri nantinya. Tentu kita tidak ingin mengalami hal itu bukan?

Muslim Ideal: Yang Kaya atau Yang Miskin?

Kaya atau miskin bukanlah sebuah dosa yang harus dihindari. Ketika Allah SWT meluaskan rizqi seseorang, bukanlah sebuah jebakan untuk menyeretkan ke dalam neraka. Dan ketika Allah menyempitkan rizqi hamba-Nya, belum tentu menjadi jaminan atas surga-Nya.

Semua akan kembali kepada bagaimana menyikapinya. Rasa kurang tepat kalau dikatakan bahwa muslim ideal itu adalah yang miskin saja atau yang kaya saja. Yang ideal adalah yang miskin tapi bersabar dan yang kaya tapi banyak berinfaq serta syukur. Keduanya telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah dan para shahabatnya.

Abu Bakar as-shiddiq, Utsman bin Al-Affan, Abdurrahman bin Al-Auf radhiwallu anhum adalah tipe-tipe shahabat nabi yang diluaskan rezekinya oleh Allah. Bahkan Umar bin Al-Khattab pun pernah diberikan kekayaan yang luar biasa berlimpah. Dan yang paling kaya di antara semua itu adalah Rasulullah SAW sendiri.

Siapa bilang Rasulullah SAW itu miskin dan tidak punya penghasilan. Bahkan dibandingkan dengan saudagar terkaya di Madinah, pemasukan Rasulullah SAW jauh melebihi. Memangnya apa sih profesi Rasulullah SAW? Berdagang?

Tidak, beliau SAW bukan pedagang. Dahulu sewaktu belum diangkat menjadi nabi, memang beliau pernah menekuni profesi sebagai pedagang. Tapi profesi itu sudah tidak lagi beliau lakoni setelah itu, terutama setelah beliau diangkat jadi nabi.

Pemasukan beliau adalah dari ghanimah (harta rampasan perang), di mana oleh Allah SWT beliau diberikan hak istimewa atas setiap harta rampasan perang. Bila suatu kota atau negeri ditaklukkan oleh kaum muslimin, maka beliau punya hak 20% dari pampasan perang. Hak ini menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang dengan penghasilan terbesar di Madinah. Rampasan perang itu bukan harta yang sedikit, sebab terkait dengan semua aset-aset yang ada di negeri yang ditaklukkan.

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Anfal: 41)

Namun semua hak yang beliau terima itu tidak menjadikan beliau hidup di istana megah, atau mengoleksi semua baju termahal dunia, atau makan makanan terlezat di dunia. Semua tidak terjadi pada beliau, sebab semua harta yang beliau dapatkan hanya beliau kembalikan lagi buat para fakir miskin dan orang-orang tak punya yang membutuhkan.

Kehidupan pribadi beliau sendiri terlalu bersahaja, tidur hanya beralas tikar kasar yang kalau beliau bangun, maka masih tersisa bekas cekatannya di kulit beliau. Bahkan pernah 3 bulan dapur rumah beliau tidak mengepulkan asap.

Demikian juga shahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, apa sih yang beliau tidak punya dari harta kekayaan dunia. Beliau seorang saudagar besar yang kalau mau menumpuk kekayaan, tidak akan habis dimakan tujuh turunan. Tetapi seluruh harta yang beliau miliki diinfaqkan ke baitul muslimin. Ketika ditanya apa yang disisakan untuk anak dan isteri, beliau hanya menjawab bahwa untuk anak dan isteri adalah Allah SWT. Subhanallah!

Perilaku gemar infaq ini sampai membuat Umar bin Al-Khattab ra iri dengan Abu Bakar. Beliau baru mampu menginfaqkan 50% dari total hartanya saja. Bahkan pernah beliau mendapatkan hak eksklusif atas perkebunan kurma di Khaibar. Kalau dinilai nominal, maka hak itu akan membuatnya sangat kayaraya dan bisa membangun istana termegah di muka bumi dengan biaya pribadi, tetapi beliau justru mewakafkannya di jalan Allah. Padahal perkebunan kurma itu selalu menghasilkan panen tiap tahun sepanjang masa.

Belum lagi Utsman bin Al-Affan ra. yang kemaruk untuk bershadaqah, tidak boleh melihat orang sudah, kepinginnya langsung membantu dengan hartanya yang sangat berlimpah.

Pendeknya, Islam sangat tidak mengharamkan kekayaan, bahkan nabi dan para shahabat boleh dibilang termasuk jajaran milyarder dengan usaha dan jerih payah mereka, tetapi yang menarik kita kaji adalah sikap mereka setelah menjadi milyarder itu sendiri. Tidak ada keinginan untuk bermewah-mewah, apalagi pamer kekayaan. Justru semuanya malah dinafkahkan ke baitul-mal muslimin.

Barangkali inilah yang sulit kita contoh di masa sekarang. Untuk sekedar jadi kaya, bikin usaha, punya beberapa perusahaan multi nasional, mungkin kita bisa mencapainya. Tetapi bisakah kita tetap berada di jalan para shahabat itu ketika kekayaan sudah di tangan?

Tentu ceritanya akan lain bila kita sendiri yang mengalaminya. Sehingga banyak orang yang terjebak dengan situasi ini, lalu lebih memilih hidup miskin saja. Tentu ini masalah pilihan hidup dan selera masing-masing individu.

Yang penting, Islam sama sekali tidak mengharamkan umatnya jadi orang kaya, sebab nabi dan para shahabat pun banyak yang kaya. Tapi kalau tidak mampu jadi orang kaya, hidup jadi orang miskin saja pun tidak apa-apa. Tapi biar pun jadi orang miskin, jangan dikira masalah sudah selesai. Selamanyawa masih dikandung badan, selama itu pula ujian dan cobaan masih harus kita hadapi.

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kaya atau miskin bukanlah sebuah dosa yang harus dihindari. Ketika Allah SWT meluaskan rezeki seseorang, bukanlah sebuah jebakan untuk menyeretkan ke dalam neraka. Sebaliknya, ketika Allah SWT menyempitkan rezeki hamba-Nya, belum tentu menjadi jaminan atas surga-Nya. Semua akan kembali kepada bagaimana menyikapinya.

Rasanya kurang tepat kalau dikatakan bahwa Muslim ideal itu adalah yang miskin saja atau yang kaya saja. Demikian dijelaskan KH Ahmad Sarwat Lc dalam laman Rumah Fiqih.

KH Ahmad Sarwat menjelaskan, yang ideal adalah yang miskin tapi bersabar, dan yang kaya tapi banyak bersedekah serta bersyukur. Keduanya telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Abu Bakar As-Shiddiq, Utsman bin Al-Affan, Abdurrahman bin Al-Auf Radhiwallu anhum adalah tipe-tipe sahabat Nabi SAW yang diluaskan rezekinya oleh Allah SWT. Bahkan Umar bin Al-Khattab pun pernah diberikan kekayaan yang luar biasa berlimpah. Namun, yang paling kaya di antara semua itu adalah Rasulullah SAW sendiri.

Siapa bilang Rasulullah SAW itu miskin dan tidak punya penghasilan? Bahkan dibandingkan dengan saudagar terkaya di Madinah, pemasukan Rasulullah SAW jauh melebihinya.

Memangnya apa sih profesi Nabi Muhammad SAW? Nabi Muhammad SAW bukan pedagang. Dahulu sewaktu belum diangkat menjadi Nabi, memang beliau pernah menekuni profesi sebagai pedagang. Tapi profesi itu sudah tidak lagi beliau jalani setelah itu, terutama setelah beliau diangkat jadi Nabi.

Pemasukan Nabi Muhammad SAW adalah dari ghanimah (harta rampasan perang), di mana oleh Allah SWT beliau diberikan hak istimewa atas setiap harta rampasan perang. Jika suatu kota atau negeri ditaklukkan oleh kaum Muslimin, maka beliau punya hak 20 persen dari pampasan perang. Hak ini menjadikan Rasulullah SAW sebagai orang dengan penghasilan terbesar di Madinah. Rampasan perang itu bukan harta yang sedikit, sebab terkait dengan semua aset-aset yang ada di negeri yang ditaklukkan.

Sudah banyak orang yang tahu tentang perbedaan antara VBR dan CBR. Kalau kamu belum tahu, VBR adalah variable bit rate, dan CBR adalah constant bit rate. Kedua istilah ini merupakan cara untuk mengukur kecepatan transfer data ketika kita memutar video atau audio. Namun, apakah kamu sudah tahu perbedaannya dan bagaimana keduanya bekerja?

Well, VBR dan CBR sangat berbeda. Secara sederhana, VBR memungkinkan transfer data berbeda-beda dalam jumlah yang berbeda-beda pula pada setiap saat. Sebaliknya, CBR mengirim data dalam jumlah yang konstan atau sama setiap saat. Apa dampaknya pada pengalaman kita dalam menikmati musik atau video? Saat kita memutar file dengan format VBR, kita mungkin merasa suka dengan kualitas suara atau video yang lebih baik daripada CBR. Namun, di sisi lain penggunaan VBR juga lebih memakan kapasitas memori ketimbang CBR.

Meskipun keduanya menawarkan suara dan video yang berkualitas, kelebihan dan kekurangan masing-masing format ini akan terasa ketika kita menggunakan file tersebut secara rutin. Apalagi ketika kita menggunakan banyak file sekaligus. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara VBR dan CBR. Setelah itu, kita dapat memilih format yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi, yuk simak penjelasan lebih lanjut tentang VBR dan CBR serta dampak penggunaannya pada pengalaman kita dalam menikmati media tersebut!

Keuntungan dan Kerugian VBR

Pengkodean VBR lebih fleksibel dalam mengalokasikan bit rate untuk masing-masing frame. Frame yang kompleks secara visual atau audio akan diberikan lebih banyak bit rate daripada frame yang sederhana, menyebabkan kualitas video atau suara yang lebih baik. Namun, pengkodean VBR memerlukan daya pemrosesan data yang lebih besar dan mungkin kurang cocok untuk perangkat lunak atau perangkat keras yang lebih lama.

Perbedaan VBR dan CBR

Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.

Apa itu Bit Rate?Dimulai dengan kata “apa itu bit” dan “mengapa kita perlu tahu?”, bit kepanjangan dari “binary digit”, adalah unit informasi terkecil dalam komputasi. Dibutuhkan 8 bit untuk membuat satu byte informasi.

“Bit rate” mengacu pada jumlah bit data yang ditransfer dalam file selama jangka waktu yang ditentukan biasanya diukur dalam jumlah “bit per second” atau “bps”.

Kecepatan bit konstan (CBR) dan variable bit rate (VBR) adalah tipe utama pengkodean bit rate. Kompleksitas pemandangan dapat bervariasi secara signifikan selama beberapa jam rekaman video, dan kecepatan bit yang Anda pilih untuk perekaman akan berpengaruh pada kualitas gambar, konsumsi bandwidth, dan penyimpanan hard drive.

Adegan yang kompleks dengan aksi yang bergerak, seperti lalu lintas di jalan kota, atau pemandangan dengan banyak warna kontras, akan mempengaruhi kualitas gambar dan konsumsi bandwidth lebih dari sekadar pemandangan yang kurang kompleks, seperti ruang interior dengan sedikit aksi atau gerakan. .

Sebagian besar NVR dan IP kamera membiarkan Anda memilih tingkat bit konstan atau variabel untuk merekam video, dan inilah mengapa Anda “perlu tahu” perbedaannya.

Kelebihan dan Kekurangan CBR

Dalam video dan audio encoding, CBR (Constant Bit Rate) adalah metode encoding yang menentukan bitrate rata-rata yang konstan untuk seluruh file. Sementara itu, VBR (Variable Bit Rate) adalah metode encoding yang memungkinkan bitrate bervariasi sesuai dengan tingkat kompleksitas audio atau video pada saat encoding.

Meskipun banyak orang berpendapat bahwa VBR lebih unggul dibandingkan dengan CBR, kita harus tetap mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari kedua metode tersebut. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan CBR:

Dalam beberapa kasus, CBR bisa menjadi pilihan yang tepat karena kelebihannya dalam stabililitas bitrate dan kompatibilitas yang baik. Namun demikian, kita sebaiknya tetap mempertimbangkan kekurangan CBR, seperti pemborosan bandwidth dan kebutuhan penyimpanan yang lebih besar.

Apapun pilihan kita dalam memilih metode encoding yang tepat, kita harus memastikan bahwa file media yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan memenuhi kebutuhan pengguna.

Keuntungan dan Kerugian CBR dan VBR

Keuntungan dari CBR adalah konstan dalam jumlah bit yang dikirim dalam setiap detik dan memiliki nilai konsistensi kualitas video, sedangkan kerugiannya adalah pemakaian yang irasional pada ruang penyimpanan. Sedangkan keuntungan dari VBR adalah dapat menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik, menekan laju penggunaan yang tidak rasional pada media penyimpanan, sedangkan kerugiannya ialah ketika perbedaan kualitas gambar yang terlalu ekstrim dapat menghasilkan video yang terlihat tidak konsisten.